A. Pengertian Khutbah
Khutbah secara harfiah berarti ceramah atau
pidato. Dalam Fiqih khutbah diartikan dengan pidato dari seseorang yang
diucapkan didepan jamaah solat idul fitri, Idul Adha, solat gerhana, dan shalat
lainya. Yang memberikan khutbah disebut Khotib. Khutbah berisi nasihat-nasihat
guna mempertebal iman dan taqwa kepada Allah SWT. Apabila khotib sedang khutbah
maka para jamaah harus mendengarkan dan menyimak dengan khidmat.
B. Khutbah Gerhana Matahari/Bulan
Khutbah gerhana Matahari/Bulan adalah khutbah
yang dilakukan setelah melakukan shalat gerhana Matahari/Bulan. Dalam khutbah
dua gerhana ini hendaknya khatib menganjurkan supaya bertaubat, dan mengajak
berbuat baik, seperti shadaqoh, dan perbuatan baik lainnya. Khutbah yang dilakukan adalah sekali sebagaimana shalat ‘ied, bukan
dua kali khutbah.Inilah pendapat yang dipilih oleh Imam Asy Syafi’i.
Setelah shalat gerhana, dilanjutkan dengan
khutbah. Hal tersebut sesuai dengan hadist Nabi yang diriwayatkan oleh Aisyah,
ia berkata: “sesungguhnya Nabi Saw., ketika selesai shalat gerhana, dia berdiri
menghadap manusia lalu berkhutbah.”
Faqîhuz Zamân, al-‘Allâmah Muhammad Shâlih al-‘Utsaimîn rahimahullâhu
menguatkan pendapat adanya khutbah sekali setelah sholat gerhana, sebagaimana
dalamAsy-Syarh al-Mumti’ (V/259).Demikian pula dengan
Imâm Ibnu Baz rahimahullâhu di dalam Majmû’ Fatâwa wa
Maqolât Mutanawwi’ah XIII/44.Sifat khutbah sholat gerhana Nabi
Sifat dan cara
khutbah Nabi Shallallâhu ‘alaihi wa Sallam di dalam khutbah sholat
gerhana sebagaimana dalam hadits-hadits yang shahih, terhimpun dalam poin-poin
sebagai berikut :
1.
Selepas sholat gerhana, Nabi Shallallâhu
‘alaihi wa Sallam naik ke atas mimbar. (HR an-Nasâ`î : 1498)
2.
Kemudian nabi berkhutbah, mengucapkan hamdalah(memuji) dan menyanjung kemudian
mengucapkan amma ba’du. (HR al-Bukhârî : 1053)
3.
Kemudian Nabi menjelaskan bahwa
gerhana matahari adalah dua tanda diantara tanda-tanda Allah, gerhana terjadi
bukanlah disebabkan karena kematian atau kelahiran seseorang. Lalu Nabi Saw. memerintahkan
untuk berdzikir kepada Allah, bertakbir, sedekah, membebaskan budak, beristighfar dan berdoa. (Muttafaq
‘alaihi)
4.
Beliau juga memerintahkan untuk bersegera
sholat ketika terjadi gerhana dan melakukan sholat sampai gerhana selesai. (HR
Bukhârî : 1063)
5.
Rasûlullâh Saw.menceritakan
bahwa beliau melihat surga dan neraka. Dimana beliau sampai berkeinginan untuk
meraih setandan buah-buahan.Beliau juga menceritakan ngerinya siksa neraka yang
apinya saling melalap satu dengan lainnya dan kebanyakan penghuninya adalah
wanita. (Muttafaq ‘alaihi)
6.
Beliau menceritakan tentang
fitnah dan siksa kubur. (Muttafaq ‘alaihi)
7.
Beliau juga menceritakan
tentang hal-hal lain yang bermaksud membuat manusia menjadi takut dan ingat
kepada Rabb-nya. Sebagaimana dalam hadits-hadits lainnya yang shahih.
C. Khutbah Nikah
Khutbah nikah merupakan bagian atau
salah satu jenis dari khutbah hajat. Perbedaan antara khutbah nikah dengan
khutbah yang lainnya hanya terletak pada konteks keperluan dan situasi
pelaksanaannya, yaitu ketika dilangsungkan prosesi pertunangan atau akad
pernikahan. Membacakan khutbah nikah pada situasi seperti itu hukumnya
dianjurkan dan sunnah sebagaimana disebutkan oleh kebanyakan ulama fiqih. Namun
demikian ada diantara mereka yang memandangnya wajib, seperti menurut pendapat
Dawud bin Ali dari madzhab Adz-Dzaahiriyyah, Abu Ubaid al-Qasim, dan Abu
Awaanah dari ulama Syafiiyyah.
Kalangan yang mewajibkan khutbah nikah mendasarkan
pendapatnya pada salah satu Hadist Nabi yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah:
“Setiap urusan
yang baik tidak diawali dengan pujian tehadap Allah adalah terputus (tidak
sempurna)”
Selain dari itu, Nabi sendiri dalam
melangsungkan akad pernikahan baik untuk dirinya sendiri maupun
putra-putrinya selalu menyertainya
dengan pembacaan khutbah terlebih dahulu, seperti saat dia melangsungkan akad
pernikahan dengan Khadijah, pamannya Abu Thalib membacakan khutbah nikahnya.
Sementara ketika menikahi Aisyah binti Abu Bakar khutbah nikah Nabi dibacakan
oleh Thalhah bin Ubaidillah. Ketika Fatimah, putri Nabi ditikahkan kepada Ali
bin Abi Thalib, Nabi sendiri yang langsung membacakan khutbah nikahnya
sekaligus untuk Ali dan wali.
Ulama yang memandang wajib khutbah
nikah berpendapat bahwa khutbah nikah dalam suatu acara prosesi akad pernikahan
merupakan kegiatan yang lazim dilakukan dan bisa diterima serta disepakati oleh
orang-orang di setiap daerah dan setiap waktu, sehingga seolah-olah menjadi
kesepakatan (ijma) yang tidak berdampak pada penentangan (khilaf).
Khutbah nikah dapat menjadi kegiatan penting yang membedakan antara pernikahan
yang penuh dengan kesucian, kemeriahan dan optimisme, dengan perbuatan zina
yang penuh dengan dosa, penderitaan dan pesimisme. Khutbah nikah juga bisa
menjadi tanda diumumkannya suatu pernikahan sebagaimana anjuran Nabi. Maka,
khutbah nikah pun dengan demikian menjadi wajib dalam setiap akad pernikahan,
sebagaimana wali dan saksi. Inilah setidaknya argumentasi yang dikemukakan oleh
para pendudkung khutbah nikah.
Syarat dan
Rukun Khutbah Nikah
Abu Hasan
Al-Mawardiy mengemukakan dalam salah satu karya monumentalnya di bidang ilmu
fiqh, Al-Haawiy Al-Kabiir, syarat dan rukun khutbah nikah. Menurutnya,
syarat dan rukun khutbah nikah terdiri dari empat macam, yaitu:
- Bersyukur dan memuji kepada Allah,
- Bershalawat kepada Nabi SAW,
- Berwasiat untuk senantiasa bertakwa kepada Allah SWT dan mentaati-Nya
- Membacakan salah satu ayat al-Quran, terutama ayat yang khusus membicarakan masalah pernikahan seperti ayat 32 dalam Surat an-Nuur: وَأَنْكِحُوا الْأَيَامَى مِنْكُمْdan ayat 54 dalam Surat al-Furqaan: وَهُوَ الَّذِي خَلَقَ مِنَ الْمَاءِ بَشَرًا
D. Khutbah Istisqo
Khutbah Istisqo dilakukan setelah
melaksanakan shalat Istisqo, yaitu setelah salam, khatib membacakan dua
khutbah. Pada khutbah yang pertama dimulai dengan membaca istighfar 9 kali, sedangkan pada khutbah kedua dimulai
dengan istighfar 7 kali.
Pelaksanaan
Khutbah Istisqo:
1. Khatib
disunahkan memakai selendang.
2. Khutbah berisi
anjuran untuk beristighfar dan
merendahkan diri kepada Allah, serta yakin bahwa Allah akan mengabulkan do’a.
3. Ketika berdo’a,
hendaknya mengangkat kedua tangan lebih tinggi hingga terbuka antara lengan dan
badannya.
4. Pada khutbah
kedua, dikala berdo’a hendaknya khatib berpaling ke kiblat. Dan dalam berdo’a
hendaknya khatib berdo’a dengan suara yang lemah menurut tekanan irama memohon.
Apabila khatib berdo’an dengan suara yang nyaring, maka makmumnya pun
dianjurkan mengikuti do’anya dengan suara nyaring pula.
5. Ketika
berpaling ke kiblat, khatib hendaknya merubah selendangnya yang kanan ke kiri
dan yang diatas kebawah.
CONTOH-CONTOH KHUTBAH
1. Khutbah Gerhana
الحمد لله الذي خلق السموات والأرض وجعل الظلمات والنور ثم
الذين كفروا بربهم يعدلون . اللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلى عَبْدِكَوَرَسُوْلِكَ
مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا المُؤْمِنُوْنَ اتَّقُوْا اللهَ
أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ
MARILAH kita sama-sama meningkatkan keimanan dan
ketaqwaan kita kepada Allah Subhanahu Wata’ala dengan sebenar-benar taqwa, yaitu
istiqamah dalam mengerjakan segala suruhan-Nya dan meninggalkan segala
larangan-Nya. Dengan yang demikian, mudah-mudahan kita akan menjadi umat yang
terbaik dan unggul serta mendapat keridhoan Allah Subhanahu Wata’ala di dunia
dan di akhirat.
Muslimin / muslimat yang dirahmati
Allah,
Firman Allah dalam ayat 5 -6 surah Yunus :
هُوَ الَّذِي جَعَلَ الشَّمْسَ ضِيَاءً وَالْقَمَرَ نُورًا
وَقَدَّرَهُ مَنَازِلَ لِتَعْلَمُوا عَدَدَ السِّنِينَ وَالْحِسَابَ ۚ مَا خَلَقَ اللَّهُ ذَٰلِكَ إِلَّا بِالْحَقِّ ۚ يُفَصِّلُ الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ إِنَّ فِي اخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَمَا خَلَقَ
اللَّهُ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَّقُونَ
Artinya:
Dia lah yang menjadikan matahari bersinar-sinar (terang-benderang) dan bulan
bercahaya, dan Dia lah yang menentukan perjalanan tiap-tiap satu itu
(berpindah-randah) pada tempat-tempat peredarannya masing-masing) supaya kamu
dapat mengetahui bilangan tahun dan kiraan masa. Allah tidak menjadikan
semuanya itu melainkan dengan adanya faedah dan gunanya yang sebenar.Allah
menjelaskan ayat-ayatNya (tanda-tanda kebesaranNya) satu persatu bagi kaum yang
mahu mengetahui (hikmat sesuatu yang dijadikanNya).Sesungguhnya pada pertukaran
malam dan siang silih berganti, dan pada segala yang dijadikan oleh Allah di
langit dan di bumi, ada tanda-tanda (yang menunjukkan undang-undang dan
peraturan Allah) kepada kaum yang mahu bertaqwa.
Allah Subhanahu Wata’ala Maha Berkuasa dan Maha Mengetahui
akan segala kejadian. Dialah juga yang menjadikan apa yang ada di bumi seperti
manusia, jin, tumbuh-tumbuhan dan haiwan serta menjadikan apa yang ada di
langit seperti bulan, matahari dan sebagainya. Iaitu sebagai bukti keterangan yang
nyata tentang kudrat, iradat, ilmu, kebijaksanaan serta pengurniaan nikmat dari
Allah Subhanahu Wata’ala yang banyak dan luas yang mendorong supaya makhluk-Nya
memuji dan bersyukur serta mengabdikan diri sebagai hamba dengan khusyuk dan
tawaduk kepada Allah SWT.
Umat Islam mestilah percaya dengan penuh yakin bahawa
Allah WT pencipta seluruh alam, segala peredaran cakerawala, bumi, bulan,
matahari dan seumpamanya adalah di bawah kekuasaan Allah Subhanahu Wata’ala
yang menggerakkannya. Peredaran bulan dan matahari yang teratur setiap hari
secara berganti-ganti, matahari beredar di waktu siang, manakala bulan beredar
di waktu malam adalah atas kudrat dan iradat Allah SWT jua.
Muslimin / muslimat yang diberkati
Allah,
Firman Allah Subhanahu Wata’ala dalam
Surah Ibrahim ayat 33:
“Dan Dia juga yang menjadikan
matahari dan bulan sentiasa beredar untuk kepentingan kemudahan kamu dan yang
menjadikan malam dan siang bagi faedah hidup kamu.”
Sesungguhnya Allah menjadikan malam dan siang adalah
sebagai tanda kekuasaan atau bukti kekuasaan-Nya, keduanya (malam dan siang)
akan mengakibatkan perubahan dan perbezaan cuaca, masa dan waktu. Begitu juga dengan kejadian gerhana,
adapun gerhana itu terbahagi kepada dua iaitu gerhana matahari dan
bulan.Gerhana itu ialah suatu perubahan, suatu kejadian, suatu keagungan dan
kebesaran tuhan yang berlaku pada matahari dan bulan, di mana kejadian ini
adalah suatu perkara yang amat mudah bagi Allah Subhanahu Wata’la
melakukan-Nya.
Oleh itu jika berlaku kejadian gerhana matahari atau
bulan, ianya bukanlah merupakan suatu tanda akan timbul suatu kejadian yang
aneh dan mengkhuatirkan, tetapi gerhana itu berlaku atas sifat wajib bagi Allah
Subhanahu Wata’ala iaitu berkehendak dan berkuasa atas segala sesuatu yang
tidak dapat dihalang oleh apa jua kekuatan pun di dunia ini, sebagaimana hadis
Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam:
“إن الشمس
والقمر آيتانمن آيات الله لا ينكسفان لموت أحد ولا لحياته فإذا رأيتموهما فادعوا
الله وصلوا حتىينكشف ما بكم (رواه البخاري ومسلم)
Artinya: Sesungguhnya matahari dan bulan adalah 2 bukti daripada
tanda-tanda kebesaran Allah Ta’ala. Kedua-duanya tidak akan gerhana kerana
kematian atau hidupnya seseorang. Maka apabila kamu melihat gerhana keduanya
itu maka berdoalah kepada Allah, dirikanlah sembahyang sehingga hilangnya tanda
gerhana daripada kamu
Muslimin / muslimat yang diberkati
Allah,
Apabila berlaku gerhana, kita sebagai umat Islam adalah
dianjurkan oleh Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam supaya bersegera untuk
melakukan perkara-perkara yang berkebajikan seperti berdoa, berzikir,
bersembahyang, bertakbir, bersedekah dan beristighfar. Sebagaimana hadis
Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam:
[ إن الشمس
والقمر آيتان من آيات الله لا ينخسفان لموت أحد ولا لحياته ، فإذا رأيتم ذلك
فادعوا الله وكبروا، وصلوا ، وتصدقوا …… ( البخاري )
Maksudnya: Sesungguhnya matahari dan
bulan adalah 2 bukti daripada tanda-tanda kebesaran Allah Ta’ala di mana
kedua-duanya tidak akan gerhana kerana kematian atau hidupnya seseorang. Maka
apabila kamu melihat gerhana itu maka berdoalah kepada Allah, bertakbirlah,
dirikanlah sembahyang dan bersedekahlah……
Di samping itu, marilah kita melakukan perkara-perkara yang
berkebajikan dan menghindari daripada melakukan perkara-perkara mungkar dan
maksiat serta perbuatan syirik yang bercanggah dengan ajaran agama Islam.
Mudah-mudahan kejadian gerhana bulan ini akan menimbulkan keinsafan, menambah
serta menguatkan lagi keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah Subhanahu
Wata’ala.
Firman Allah Subhanahu Wata’ala
dalam Surah Ali ‘Imran ayat 190 – 191:
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ
اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ الَّذِينَ
يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ
فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَاطِلًا
سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Maksudnya : “Sesungguhnya pada
kejadian langit dan bumi dan pada pertukuran malam dan siang, ada tanda-tanda
kekuasaan, kebijaksanaan dan keluasan rahmat Allah bagi orang-orang yang
berakal: yaitu orang-orang yang menyebut dan
mengingati Allah semasa mereka berdiri dan duduk dan semasa mereka berbaring
mengiring dan mereka pula memikirkan tentang kejadian langit dan bumi sambil
berkata: Wahai Tuhan kami! Tidaklah engkau menjadikan benda-benda ini dengan
sia-sia, Maha Suci Engkau maka peliharalah kami dari azab neraka.”
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ
وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ
وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ
وَاسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الُمْسِلِمْينَ
وَالمُسْلِمَاتِ وَالمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ فَيَا فَوْزَ
المُسْتَغْفِرِيْنَ وَيَا نَجَاةَ التَّائِبِيْنَ
2. Khutbah Nikah
Para undangan sekalian yang berbahagia
dan kedua mempelai yang mulia, pada malam yang penuh dengan kebahagiaan ini terlebih
dahulu marilah kita memanjatkan puji syukur kehadirat Allah atas karunia nikmat
dan hidayah-Nya hingga saat ini bisa hadir pada acara pernikahan saudara
........... dengan ......... Dan
mudah-mudahan nantinya akan diberikan kebahagiaan dan ketenangan dalam rumah
tangganya. Amin ya rabbal alamin.
Mempelai berdua yang berbahagia,
agama kita Islam telah memberikan petunjuk dalam membina kebahagiaan hidup
berumah tangga, yaitu sesuai dengan firman Allah SWT pada surat An-Nisaa ayat
19:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَحِلُّ لَكُمْ أَنْ
تَرِثُواالنِّسَاءَ كَرْهًا وَلَا تَعْضُلُوهُنَّ لِتَذْهَبُوا بِبَعْضِمَا
آتَيْتُمُوهُنَّ إِلَّا أَنْ يَأْتِينَ بِفَاحِشَةٍ مُبَيِّنَةٍوَعَاشِرُوهُنَّ
بِالْمَعْرُوفِ فَإِنْ كَرِهْتُمُوهُنَّفَعَسَىٰ أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا
وَيَجْعَلَ اللَّهُ فِيهِ خَيْرًاكَثِيرًا
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji yang nyata. Dan bergaullah dengan mereka secara patut.Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak. (QS: An-Nisaa Ayat: 19)
Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji yang nyata. Dan bergaullah dengan mereka secara patut.Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak. (QS: An-Nisaa Ayat: 19)
Hadirin para undangan sekalian yang berbahagia!
Demikian Allah SWT juga telah berfirman pada surat Al-Baqarah ayat 228:
وَالْمُطَلَّقَاتُ يَتَرَبَّصْنَ بِأَنْفُسِهِنَّ ثَلَاثَةَ
قُرُوءٍوَلَا يَحِلُّ لَهُنَّ أَنْ يَكْتُمْنَ مَا خَلَقَ اللَّهُ فِيأَرْحَامِهِنَّ
إِنْ كُنَّ يُؤْمِنَّ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِوَبُعُولَتُهُنَّ أَحَقُّ
بِرَدِّهِنَّ فِي ذَٰلِكَ إِنْ أَرَادُواإِصْلَاحًا وَلَهُنَّ مِثْلُ الَّذِي
عَلَيْهِنَّ بِالْمَعْرُوفِوَلِلرِّجَالِ عَلَيْهِنَّ دَرَجَةٌ وَاللَّهُ عَزِيزٌ
حَكِيمٌ
Artinya:
Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru´. Tidak boleh mereka menyembunyikan apa yang diciptakan Allah dalam rahimnya, jika mereka beriman kepada Allah dan hari akhirat. Dan suami-suaminya berhak merujukinya dalam masa menanti itu, jika mereka (para suami) menghendaki ishlah. Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma´ruf. Akan tetapi para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada isterinya. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.(QS: Al-Baqarah Ayat: 228)
Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru´. Tidak boleh mereka menyembunyikan apa yang diciptakan Allah dalam rahimnya, jika mereka beriman kepada Allah dan hari akhirat. Dan suami-suaminya berhak merujukinya dalam masa menanti itu, jika mereka (para suami) menghendaki ishlah. Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma´ruf. Akan tetapi para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada isterinya. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.(QS: Al-Baqarah Ayat: 228)
Paraundangan sekalian yang berbahagia!
Kedua ayat tersebut telah memberikan
petunjuk bagi suami agar berlaku baik dalam segala bidang urusan rumah
tangga.Dan orang-orang yang beriman, dan menjadi sempurna keimanannya itu.Maka
orang itu terbaik budi pekertinya. Hal itu sesuai dengan sabda Nabi Muhammad
saw. yangartinya:
" Orang-orang yang mukmin yang paling sempurna imannya yang terbaik budi pekertinya. Dan orang yang pilihan diantara kamu ialah yang berbuat baik kepada istri-istri mereka"
Bahkan di dalam hadist yang lain diriwayatkan, bahwa Nabi Muhammad saw. ditanya oleh Muawiyah bin Haidah ra. Ya..Rasulullah, apakah hak istri kita terhadap kita ini?Beliau menjawab, yang artinya:
" Hendaklah dia itu engkau beri makan sebagaimana engkau makan, engkau beri pakaian sebagaimana yang engkau pakai, janganlah engkau memukul muka, janganlah engkau mengolok-olok dan janganlah engkau pindah tempat tidur kecuali serumah". (HR. Abu Dawud)
Para Hadirin undangan sekalian yang berbahagia!
Demikian sedikit penjlasan dari kami ini.Kurang lebihnya kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Akhirul Kalam
Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuhu
" Orang-orang yang mukmin yang paling sempurna imannya yang terbaik budi pekertinya. Dan orang yang pilihan diantara kamu ialah yang berbuat baik kepada istri-istri mereka"
Bahkan di dalam hadist yang lain diriwayatkan, bahwa Nabi Muhammad saw. ditanya oleh Muawiyah bin Haidah ra. Ya..Rasulullah, apakah hak istri kita terhadap kita ini?Beliau menjawab, yang artinya:
" Hendaklah dia itu engkau beri makan sebagaimana engkau makan, engkau beri pakaian sebagaimana yang engkau pakai, janganlah engkau memukul muka, janganlah engkau mengolok-olok dan janganlah engkau pindah tempat tidur kecuali serumah". (HR. Abu Dawud)
Para Hadirin undangan sekalian yang berbahagia!
Demikian sedikit penjlasan dari kami ini.Kurang lebihnya kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Akhirul Kalam
Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuhu